Alumnus Gajah? And Then?

Alhamdulillah sudah di tahun 2022, tahun dengan angka cantik untuk mengabadikan momen-momen cantik nih, sebut saja tangal 02 02 2022 atau 20 02 2022, ihihihi. Oke maaf cukup basa basi unfaedahnya ya :D.

Tahun 2022 yang dimulai dengan Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog dengan tema pengenalan diri dan juga sebagai mamah gajah. Di awal penetapan tema bulanan tersebut sempat membuat saya semangat menulis di awal (ceritanya resolusi mengurangi jiwa deadliner), namun sayang ternyata semua hanya berakhir di dalam draft #selftoyor.

Saya….

Kebetulan di blog onyeth ini ada page berjudul “Saya???”, nah…sebenarnya saya hanya bisa mendeskripsikan siapa saya ya seperti itu, lebih ke biodata ya itu sih, hahaha. Nih ya, untuk mencari tahu hobi saya saja, saya wajib berpikir keras tanpa ada jawabannya pula, nah ini diminta menceritakan tentang diri saya sendiri #mumet.

Saya? Menurut saya nih ya, yang lebih tahu siapa saya harusnya suami saya sendiri. Sepertinya beliau lebih mengenal saya dibanding diri saya sendiri hehe.

Hmm..yang saya tahu persis, saya idealis. Namun, jiwa idealis ini sepertinya perlahan sedikit memudar semenjak saya menyandang status ibu, karena demi kewarasan bersama, idealisme ibu sempurna harus dikurangi dari standar ideal pada umumnya. Sifat ini jelas turun dari Bapak saya. Bedanya, idealisme Bapak saya sudah menghasilkan ‘sesuatu’, lah kalau saya sampai saat ini hanya menjadi sebatas sifat yang berefek negatif untuk orang di circle saya #tepokjidat.

Alumnus Gajah

Kok semacam lulusan pelatihan kebun binatang ya judul headingnya :D.

Institut Teknologi Bandung

Alhamdulillah saya bisa masuk ke dalam kandang gajah dan akhirnya keluar dari kandang gajah tersebut setelah 8 tahun ‘bermain’ di dalamnya. Lalu..dengan label alumnus gajah atau sekarang lebih tepatnya mamah gajah, ada pengaruh besar kah untuk kehidupan saya pribadi? Tentu ada donk, baik itu pengaruh positif maupun negatif.

Pengaruh negatifnya dulu ya. Pengaruh negatifnya ini berhubungan dengan status saya saat ini, I-bu ru-mah tang-ga. Sepertinya titel mamah gajah ini tidak pernah akur dengan status ibu rumah tangga (dalam kehidupan saya lho ya). Banyak orang (termasuk saya) beranggapan bahwa tujuan awal masuk ITB agar mudah dapat pekerjaan, bergaji besar, pasangan yang ‘setara’, dan beberapa anggapan ajaib lainnya. Bagi saya itu hanya anggapan di awal sampai tahun pertama bekerja saja, namun setelah saya mendapatkan itu semua (ya alhamdulillah saya sempat merasakan semua privileges tersebut), saya mulai jenuh dan tujuan hidup saya semakin tidak jelas.

Sampai pada akhirnya saya melahirkan anak pertama dan saya sungguh sangat yakin bahwa saya akan berhenti bekerja, dengan alasan yang akhirnya menjadi tujuan hidup saya juga, bahagia bersama anak dan suami saya. Jeng jeng jeng…keputusan saya inilah yang akhirnya menjadi buah bibir para maktizen di circle kakek neneknya anak-anak saya.

Lulusan ITB kok di rumah ajah….

Sekolah sampe S2 berapa lama tuh, ujung-ujungnya di rumah juga….

Cape-cape orang tua nyekolahin tinggi-tinggi, eh..sekarang hidup tergantung nafkah suami doank….

DAN MASIH BANYAK LAGI………

Saya ngetik ini saja masih merinding nih, terlalu menusuk kalau saya ingat lagi awal-awal mendengar statement tersebut, lebih tepatnya pasca melahirkan anak pertama.

Lanjut langsung saja ke pengaruh positifnya ya.

Menjadi orang baik. Dengan segala kekurangan saya, saya berani mengatakan bahwa saya orang baik, kenapa? Karena lingkungan saya pun terdiri dari orang-orang baik. Bukan berarti selain lulusan ITB itu tidak baik ya, toh di ITB ini ada kok dan banyak juga orang-orang yang tidak baik atau memang salah pergaulan. Sejak masuk kampus ini, ditambah lagi kenal dengan grup ITB Motherhood, saya merasa waktu hidup saya akan terbuang percuma jika harus mendengarkan semua toxic statements di atas tadi, jadi lebih baik saya sibuk dengan komunitas yang beraura positif saja. Eh tapi beneran lho, maktizen di atas itu tidak ada yang berstatus mamah gajah tentunya ;).

Menjadi pribadi tangguh. Saya kurang jelas nih ketangguhan dalam diri saya ini karena lulusan ITB atau lulusan IMG hahaha. Yang saya salut dengan para mamah gajah ini adalah, tidak sedikit lho yang berstatus LDM, bahkan ada yang sampai beda benua bertahun-tahun, dan mereka bertahan, they did it. Bagi saya mereka semua tangguh dan ketangguhan ini menular lho walau hanya dengan membaca kisah mereka ini.  

Semua pengaruh positif di atas jelas disebabkan karena komunitas yang mendukung untuk pembentukan karakter dan network yang luar biasa luas, kasarnya dari petani, penjahit, pengusaha, artis, bahkan sampai politisi pejabat pemerintahan pun ada. Tinggal bagaimana kitanya saja yang harus pintar memilih mana yang pas dengan kepribadian kita.

Oh iya, jangan lupa juga, ada penetelitian kan yang menyatakan bahwa kepintaran anak turun dari kepintaran ibunya. Naaaah..jadi seharusnya tidak akan merugi lah ya mamah gajah yang ‘hanya’ berstatus ibu rumah tangga, yang penting bahagia :).