BIG MAGIC “Perburuan Menemukan Kehidupan Kreatif”

Latar Belakang Pemlihan Buku

Buku ini dibeli tahun 2019, jadi sekitar 2 tahun yang lalu. Baru dibaca seminggu yang lalu :D, jangan ditiru ya.. Maka dari itu beruntung ada Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog, karena kalau tidak..entah bagaimana nasib si buku ini.

Latar belakang dahulu..saya membeli buku ini karena judul dan penampakan covernya eye catching banget. Pada saat itu memang seolah-olah saya membutuhkan suntikan inspirasi agar lebih berfaedah dalam menjadi ibu rumah tangga. Semenjak resign dari dunia konsultan yang mana saya termasuk orang lapangan, hidup saya hanya di rumah dengan rutinitas yang sama dengan emosi yang kadang tak terbendung. Saya mulai merasa minim kreativitas, useless, dan gamang akan tujuan hidup. Saat pertama melihat buku ini, langsung ngeblink, langsung order. Oh iya, ini juga buku pertama yang saya beli dalam kategori non fiksi, yap..saya pencinta novel fiksi, jadi memang cukup aneh dan membutuhkan waktu yang lama untuk membuka buku ini ya karena itu, karena pada awalnya saya kurang tertarik, tapi butuh (eaaaaaaa…).

Review

Penulis: Elizabeth Gilbert

Penerjemah: Rani S. Ekawati

Penyunting: Kanya Puspokusumo

Penerbit: Kaifa, PT Mizan Pustaka

Tahun Terbit: Cetakan 1, Juli 2017

ISBN: 978-602-0851-84-6

Buku ini sebenarnya buku yang sangat ringan (entah ya kalau versi bahasa aslinya), bahasanya mudah dipahami, menggunakan bahasa sehari-hari, dan menurut saya pribadi, saat saya baca buku ini..seperti sedang ngobrol santai face to face dengan sosok penulis, Elizabeth Gilbert. Sebelumnya saya sudah pernah baca juga sekilas bukunya beliau yang Eat Pray Love, tapi dulu itu minjem dan ga begitu tertarik karena sudah nonton filmnya duluan sebelum baca, jadi yaaaaa gitu deh :D. Pada intinya buku ini tidak berat (banyak nih pembaca novel sudah ngeper di awal kalau di’lempar’ buku terjemahan semacam ini, versi New York Times pula), cukup asyik untuk dibaca.

Dalam buku ini, sang penulis seperti membuka mata kita dan meyakinkan bahwa kita semua kreatif selama kita hidup. Buku ini lebih ke proses pencarian kreativitas tersebut. Dari bagaimana si gagasan kreatif itu muncul, bagaimana kita menjalani kehidupan kreatif, apa yang menghalangi si kreativitas tersebut untuk muncul, sampai pada bagaimana semua gagasan bisa hilang dari pikiran kita.

Saya akan mengulas sedikit yang relate dengan kehidupan saya pribadi atau yang memang menurut saya menarik untuk dibahas saja ya.

“Kehidupan kreatif adalah menjalani kehidupan dengan lebih mengandalkan keingintahuan daripada rasa takut.”

Elizabeth Gilbert

Buku ini bukan menyalahkan orang yang mempunyai rasa takut, tapi kita sebagai manusia bahkan harus memiliki rasa takut. Di sini lah pentingnya berteman dengan rasa takut dan menemukan keberanian. Keberanianitu sendiri adalah melakukan hal yang menakutkan.

Tatkala keberanian hilang, kreativitas hilang bersamanya.

Elizabeth Gilbert

Yang menarik lagi untuk saya adalah proses pencarian gagasan versi penulis. Menurut buku ini, gagasan itu hidup, gagasan mencari pasangan manusianya untuk diajak bekerja sama, gagasan memiliki tekad yang nyata, gagasan bergerak dari satu jiwa ke jiwa lain, dan gagasan akan selalu berupaya untuk menemukan jalan tercepat dan paling efisien untuk mewujud di bumi. Inilah maksud dari istilah Magic pada judul buku ini.

Mau tahu kiat agar inspirasi semakin mendekat kepada kita menurut buku ini? Berhenti mengeluh! Eaaaaa…menohok banget ya, pantas saza saya jauh dari kreatif, mengeluh masih menjadi makanan sehari-hari saya, uhuhuhu. Kenapa sih harus berhenti mengeluh? Nih ya coba saya ringkas:

  1. Mengeluh itu membosankan.
  2. Dengan mengeluh, tidak akan menghasilkan sesuatu juga.
  3. Tidak akan didengar.
  4. Inspirasi akan “merasa tersinggung”.

Yak netijen jadi alasan-alasan di atas benar atau benar? Ihihihi.. Kalau menurut saya sih ya, menurut saya dan untuk saya pribadi ya, halal untuk mengeluh jika memang mengeluh kepada Sang Pencipta, kepada Allah, itupun sebatas mengeluh bukan meratapi nasib, menurut saya sih beda banget mengeluh dengan meratapi nasib.

“Bahan baku terpenting untuk kreativitas tetap sama bagi setiap orang: keberanian, keajaiban, kegigihan, izin, dan kepercayaan.”

Elizabeth Gilbert

Saya pribadi tertarik dengan kata gigih, karena tidak mudah untuk menjadi seseorang yang gigih atau bahasa sundanya mah keukeuh gitu ya. Saat saya gagal atau sulit menjalankan suatu hal, untuk bangkit kembalinya itu sungguh memerlukan effort yang luar biasa. Menurut buku ini, belajar untuk mengatasi kekecewaan dan frustasi adalah bagian dari pekerjaan orang kreatif. Jadi..apabila kita terus larut dalam kekecewaan itu, dapat dipastikan BHAY! :D.

Penutup

Sekian review singkat dari saya, saya pribadi sungguh sangat berharap isi buku ini bisa diimplementasikan dalam kehidupan nyata kami sekeluarga (aamiin….). Dalam masa pandemi seperti sekarang ini memang kreativitas sangat dibutuhkan dalam semua lini kehidupan. Semoga kita semua bisa menjadikan kehidupan ini menjadi lebih bermakna dengan kehidupan yang kreatif.

Closing statement dari saya, buku ini worth to buy gaessssss :).

Leave a comment